Blogger news

Selasa, 18 November 2014

Kebudayaan Asrah Batin

GROBOGAN, Warga masyarakat Desa Karanglangu dan Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah secara rutin memperingati upacara tradisi Asrah Bathin setiap dua tahun sekali. Tradisi tersebut merupakan legenda masyarakat yang memiliki hikmah pentingnya memupuk tali persaudaraan.
Alkisah, seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan, tinggal disuatu tempat bersama dua anaknya yang masih kecil Kedono dan Kedini. Suatu ketika Kedono dan Kedini pulang dari bermain-main, sambil berteriak minta makan. Pada saat itu nasi yang dimasak belum matang, tapi kedua anaknya ngotot tidak mau tahu apa yang sedang di lakukan ibunya saat itu.
Sifat anak-anaknya yang tidak mau tahu terus minta makan, sehingga membuat ibunnya marah.Tanpa disadari tangan ibunya dengan cenong memukul Kedono. Akibatnya, kepala Kedono berdarah. Karena takut Kedono dan Kedini lari meninggalkan rumah. Kedua kakak beradik itu pergi tanpa arah dan tujuan. Begitu sampai di suatu tempat keduanya memutuskan untuk berpisah.
Perjalanan Kedono menyusuri hutan yang sekarang bernama Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati. Kedini menyusuri wilayah yang sekarang bernama Desa Ngombak. Legenda itu terus dilestarikan secara turun-temurun oleh warga kedua desa itu.
Memperingati tradisi itu dilaksanakan prosesi Kades Karanglangu beserta warga masyarakat menuju Desa Ngombak. Saat bersamaan Kades Ngombak beserta warganya sambil membawa Kembar Mayang juga berangkat dan kedua rombongan warga masyarakat bertemu di tepi kali Tuntang.Kedua Kades beserta rombongan menuju Balai Desa Ngombak.
Ketika memasuki pendopo, kedua kaki Kades dibasuh dengan air bunga, disambut dengan panembrono dan duduk di atas Dampar Kencono mengikuti ritual dulangan sebagai layaknya sepasang pengantin. Kedua Kades saling bertukar tali asih berupa seperangkat pakaian petani laki-laki yang diberikan oleh Kades Ngombak dan perlengkapan busana perempuan diberikan oleh Kades Karanglangu. Tradisi Asrah Batin ersebu mengingatkan kita sebagai bangsa yang bersaudara sebaiknya saling mengasihi dan menguatkan tali persuadaraan. (sofi)
Prosesi Kegiatan
GROBOGAN- Budaya sarat makna digelar ratusan warga Desa Ngombak dan Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Minggu pagi (10/8). Ritual yang dinamai Asrah Batin, diwarnai arak-arakan seratusan warga Desa Karanglangu, menemui saudara mereka warga Desa Ngombak di tepi Sungai Tuntang.
Sekadar bisa menemui warga Ngombak, arak-arakan warga Karanglangu yang terdiri atas orang tua dan anak-anak, rela berpanas-panas melintasi kawasan hutan jati sejauh tiga kilometer.

‘’Ritual ini terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap Kedana-Kedini, yaitu Raden Sutejo dan Raden Roro Musiah yang merupakan sesepuh kami. Mereka berdua diyakini sebagai pendiri Desa Karanglangu dan Ngombak. Sebagai saudara tua, warga Karanglangu sengaja menemui warga Ngombak untuk mempererat jalinan persaudaraan,’’ ujar Kades Ngombak H Mahfud, kemarin.

Selaku pemimpin acara, H Mahfud berpakaian Jawa lengka dengan beskap dan keris terselip di punggung. Dia berdiri di tepi Sungai Tuntang, menunggu kedatangan arak-arakan warga Desa Karanglangu yang tengah bersiap menyeberang ke barat.

Dia menceritakan, busana yang dikenakan tidak terpisahkan dari kisah awal berdirinya Desa Ngombak dan Karanglangu, ratusan tahun lalu. Di tepi sungai, hampir serupa, Kades Karanglangu, Slamet Nugroho SH yang tengah bersiap menyeberang juga mengenakan pakaian adat Jawa diikuti rombongan warga. Khusus Kades Karanglangu, telah disiapkan joli (tandu) agar tidak basah ketika menyeberang sungai.
Angkat Joli Belasan pemuda warga Desa Ngombak berotot kekar kemudian mengangkat joli menuju ke tepian sungai sebelah barat. Kades H Mahfud didampingi Camat Tatang Wahyu dan ratusan warga Ngombak menyambut kedatangan joli berisi Kades Slamet Agus dengan suka cita.

Dari tempat itu rombongan bergerak ke rumah H Mahfud yang berjarak sekitar 200 meter dari sungai. Segala hal berkenaan dengan prosesi itu, akhirnya dijelaskan secara gamblang oleh pranata adicara (pembawa acara), ketika arak-arakan singgah di kediaman Kades Ngombak.

Prosesi ini tak lain untuk mengenang Kedana-Kedini sebagai cikal bakal desa tempat tinggal mereka. Keduanya adalah kakak beradik yang sempat hidup dalam keprihatinan setelah terusir dari rumah.

Mereka sempat berpisah, meski akhirnya dipertemukan kembali ketika memasuki usia dewasa. Kedana ketika itu telah berhasil mendirikan Desa Karanglangu, sementara Kedini bersusah payah membangun Desa Ngombak.
Karena lama tidak pernah berjumpa, mereka jatuh cinta ketika suatu saat bertemu.Hari dan waktu untuk menikah bahkan telah ditetapkan oleh keduanya. Namun, sebelum berlangsung, Kedana merasa ada yang aneh dari calon istrinya.

Keanehan itu terlihat dari tanda luka di tubuh Kedini yang mirip dimiliki adiknya sewaktu kecil. Keanehan itu pula akhirnya membuka tabir rahasia mereka sebagai kakak beradik.

Perkawinan itu batal, meski prosesi budaya terus dilestarikan anak cucu dari waktu ke waktu. Kemarin, diiringi gending Kebo Giro, Kades Slamet Agus mewakili sosok Kedana dipertemukan dengan Kades H Mafhud mewakili figur Kedini dalam sebuah prosesi memperingati rencana perkawinan Kedana-Kedini yang akhirnya batal diselenggarakan. (H41-37)




Ritual prosesi budaya Asrah batin

Grobogan. Budaya syarat makna di gelar ratusan warga desa Ngombak dan Karanglangu, kecamatan Kedungjati. Ritual yang di namai Asrah Batin, di warnai arak-arak ratusan warga Desa Karanglangu, menemui desa saudara mereka warga Desa Ngombak di tepi sungai Tuntang.  Sekadar ingin menemui warga Ngombak, arak-arakan warga karang langu yang terdiri atas orang tua dan anak - anak, rela berpanas  panasan melintasi kawasan hutan jati sejauh tujuh kilometer .
“ Ritual ini terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap Kedhana – Kedhini, yaitu Raden Bagus sutejo dan Raden Ayu Roro Mursiah yang merupakan sesepuh kami. Mereka berdua diyakini sbagai pendiri desa Karanglangu dan Desa Ngombak. Sebagai saudara tua Karanglangu sengaja menemui warga Ngombak untuk mempererat  jalinan persaudaraan,” Sebagai pimpinan acara adalah Kepala Desa, Kepala Desa berpakaian jawa lengkap dengan Beskap dan Keris berselip di punggung. Dia berdiri di tepi sungai Tuntang, menungu kedatangan arak – arakan warga desa Karanglangu yang tengah bersiap menyeberang ke barat.
Busana yang di kenakan  tidak terpisahkan dari kisah awal berdirinya desa Ngombak dan Karanglangu, ratusan tahun lalu. Di tepi sungai, hampir serupa,kepala desa Karanglangu bersiap menyeberang juga mengenakan pakaian adat Jawa diikuti rombongan warga. Khusus Kepala Desa Karanglangu, disiapkan Joli ( Tandu) agar tidak basah ketika menyeberang sungai.




Angkat Joli
Belasan Pemuda warga Desa Nombak berotot kekar kemudian mengangkat  Joli menuju ketepian sungai sebelah barat. Kemudian Kepala Desa  Ngombak dengan di dampingi camat Kecamatan Kedungjati dan ratusan warga Ngombak menyambut kedatangan Joli berisi Kepala Desa Karanglangu dengan suka cita. Dari tempat itu rombongan bergerak ke pendopo kepala Desa Ngombak yang berjarak sekitar 300 meter dari sungai. Segala hal berkenaan dengan prosesi itu, akhirnya dijelaskan secara gamblang oleh pranata adicara (pembawa acara), ketika arak – arakan singgah di pendopo/kediaman Kepala Desa Ngombak, Prosesi ini tak lain untuk mengenang Kedhana – Kedhini sebagai cikal bakal desa tempat tinggal mereka. Keduanya adalan kakak beradik yang sempat hidup dengan keprihatinan setelah terusir dari rumah.
Mereka sempat berpisah, meski akhirnya di pertemukan kembali ketika memasuki usia dewasa. Kedhana ketika iti telah berhasil mendirikan Desa Karanglangu, Semantara Kedhini bersusah payah mendirikan Desa Ngombak.
Karena lama tidak pernah berjumpa, mereka jatuh cinta ketika suatu saat bertemu. Hari dan waktu untuk menikahkan telah ditetapkan oleh keduanya,dan akhirnya mereka berencan untuk mengadakan pernikahan. Namun,  Sebelum berlangsung , Kedan merasa ada yang aneh dari calon isrinya. Luka yang sama dengan pelipis sebelah kananya,sedangkan luka yang dimiliki adiknya pelipis sebelah kiri,  Keanehan itu terlihat dari tanda tanda luka di tubuh Kedini yang mirip dimiliki adiknya sewaktu kecil. Keanehan itu pula akhirnyan membuka tabir rahasia mereka sebagai kakak beradik.
Perkawinan itupun  urung di lakukan , meskipun prosesi budaya terus di lestarikan anak cucu dari waktu kewaktu. Di iringi gending Kebo Giro, Kepala Desa Karanglangu mewakili sosok Kedana di pertemukan dengan Kepala Desa Ngonbak mewakili figure Kedhini dalam sebuah prosesi memperingati pernikahan Kedhana – Kedhini yang batal dilakukan.

GREBEG GUNUNGAN DAN BOTOK NASI MANGUT
Setelah Panitra adhicara menceritakan kisah perjalanan dan pengembaraan Kedhana dan Kedhini sehingga menjadikan Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kemudia acara di lanjutkan yaitu grebeg tumpeng dan grebeg Nasi buntel Botok Nasi Mangut. Yanag kemudian diperebutkan oleh ribuan masyarakat yang dating, yang tidak hanya dari Desa Ngombak Melainkan Dari Desa –desa lain maupun dari luar daerah kabupaten Grobogogan. Dalam sebuah angapan, meyakini bahwa siapa yang berhasil mendapatkan bungkusan Botok Nasi Mangut itu akan memperoleh rejeki yang melimpah dan bisa menyembuhkan orang sakit. Banyak pula mereka menggunakanya untuk di taburkan ke dalam sawah mereka agar menjadi subur. Terlepas dari benar atau tidaknya itu merupakan tradisi budaya yang patut di lestarikan dan di jaga terus menerus.




GEBYOK DAN TUBHO
Gebyuk adalah awal sebelum prosesi berlangsungnya Asrah Batin, Tepatnya dua pekan sebelum Acara Astah Batin. Gebyuk atau Ngkrabyok yang dalam bahasa Indonesia artinya menjaring atau menangkap ikan itu adalah syarat pertama yang harus di laksanakan oleh warga Ngombak. Dilakukan pada hari jumat pukul 14.00 WIB sampai selesai  sekitar sebelum Magrib.Kegiatan ini adalah untuk mencari ikan di sungai Tuntang (Kedung Miri). Berbondong-bondong Tua muda dan anak-anak dengan membawa perlengkapan menangkap ikan yang lengkap, warga Desa Ngombak pun Memadati  Kedung miri, salah satu pusaran sungai yang dalam tersebut. Warga yang laki-laki membawa Jaring,Jala dan ada pula yang menyelam di dasar sungai. Bagi yang perempuan dan ibu-ibu menggunakan Irik( sejenis Serok yang terbuat dari Bambu yang melingkar). Ikan yang paling di utamakan di dapat adalah ikan Mangut, , Ikan yang berbentuk lonjong dan bersisik putih, mirip ikan Wader tersebet adalah sebagai prasarat upacara Asrah Batin. Adpun sebagai tradisi yang tidak lepas dari unsure budaya, agama dan kejawan itu pun di iringi dengan doa-keselamatan dan kemudahan dalam mencari ikan.

TUBHO
Satu minggu setelah prosesi penangkapan ikan menggunakan alat-alat sederhana, kemudian dilanjutkan dengan acara massal yang di namakan dengan TUBHO. Tubho yaitu kegiatan mencari ikan masal yang dilakukan serentak semua warga Desa Ngombak. Yang diikuti ribuan masyarakat dari daerah-daerah lain. Acara ini merupakan panen raya Ikan yang sebelumnya selama dua tahun di jaga agar tidak di buru dengan racun ikan.
Untuk mengawali kegiatan ini,terlebih dahulu Modin(pemangku agama) dan Juru kunci mendatangi pendopo Kepala Desa, adapun dilkukan adalah untuk meminta restu dan kemudian Kepala Desa menyerahkan dua batang pohon Tebu Hitam untuk di bawa ke titik-titik lokasi  yang akan di obati Ikannya. Adapun titik lokasinya adalah tiga tempat, yang pertama di tepi jurang bawah pohon Besar yang meupakan Kedung keramat yang pertama, dekat dengan makam pendiri Desa Ngombak. Dengan melafaskan doa-doa dan tidak lepas dari unsur kejawennya sang Modin dan Juru Kunci memberikan persembahan makanan dan sesajen.
Lokasi persembahan kedua yaitu di Watu  wadas malang (yaitu batu cadas yang membendung setengah sungai). Seperti yang pertama,upacara persembahapun dilakukan.
Menginjak ritual yang terakhir yaitu Titik pusat ritual, Tepatnya di Kedung Tumpeng yang keseluruhan prosesi ini merupakan alur Sungai Tuntang. Kedung tumpeng merupakan titik arus sungai yang memusar yang dalamnya belum pernah bisa di jajaki. Konon dalam sebuah cerita di dalamnya ada lah sebuah Gua yang berpusar sapai KedungMiri. Kemudian  acara ini di lakukan dengan persembahan dan pemotongan Gunungan Tumpeng yang akan di kepada seluruh warga yang mengiringinya. Dan Puncak acara ini adalah TUBHO. Sang Juru Kunci membawa obat ikan yang dimasukan ke dalam Gentong besar, kurang lebih seberat sepuluh kilo gram obat ikan, kemudian di larung ke dalam Kedung untuk di pecahkan. Setelah sang Juru Kunci keluar dari air barulah serentak warga Ngombak dan ribuan  masyarak dari daerak lain bersama-sama mencari ikan, sejauh mata memandang,sejauh kurang lebih 20 kilometer masyarakat merasakan pesta ikan. Kegiatan yang berakhir dengan menyenangkan dan sakral dan patut dilestarikan.
insaya Allah Asrah batin yang akan datang jatuh pada awal bulan juli 2012
Ucapan terima kasih pada pihak yang telah memberi informasi tentang Upacara Asrah Batin ini melalui Tutur cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogroll